Buku Bagaimana Menulis Tesis ini pertama kali terbit di Italia tahun 1977, dan masih terus dicetak dan diterjemahkan sampai sekarang . Sebagai seorang kritikus sastra, novelis dan ahli semiotika, Umberto Eco dalam buku ini tidak sedang mengkhotbahi pembaca bagaimana cara melakukan riset akademik yang brilian atau bernilai. Namun, ia memberitahu Anda tentang apa saja hal-hal yang membentuk sebua…
Umberto Eco mendekati semiotika bukan sebagai semesta yang tersusun dari tanda-tanda, melainkan sebagai satu-kesatuan utuh yang tersusun dari fungsi-fungsi semiotik (sign-functions). Berbeda dengan tritunggal Peirce, ia telah mengembangkan teori semiotikyang non-referensial: Ekspresi dapat digunakan untuk merujuk pada hal-hal atau keadaan dunia, tetapi mereka berasal dari isi atau konten yang d…
Umberto Eco mendekati semiotika bukan sebagai semesta yang tersusun dari tanda-tanda, melainkan sebagai satu-kesatuan utuh yang tersusun dari fungsi-fungsi semiotik (sign-functions). Berbeda dengan tritunggal Peirce, ia telah mengembangkan teori semiotik yang non-referensial: Ekspresi dapat digunakan untuk merujuk pada hal-hal atau keadaan dunia, tetapi mereka berasal dari isi atau konten yang …
Cakupan tulisan penulis buku ini sangat luas—mulai dari budaya pop hingga filsafat, dari people temple hingga Thomas Aquinas, dari Casablanca hingga Roland Barthers. Esai pembuka memperlihatkanketekunan dan pencarian sang pengarang yang bertamasya menilitasi seluruh daratan Amerika manakala ia sedang mencari tempat untuk menyelidiki perbatasan realisme,jiplakan yang menjanjikan lebih ketimban…
Buku ini bermaksud menggali kemungkinan teoritis suatu pendekatan terpadu terhadap setiap fenomena signifikasi dan atau komunikasi yang berlangsung antarmanusia. Lebih penting lagi, dia juga ingin menelisik fungsi-fungsi sosial seperti apa yang bisa dimainkan pendekatan tersebut. Ketika manusia tak bisa lepas dari jejaring tanda, yang diperlukan bukan hanya sekedar kemampuan untuk memahami, kar…
Tak pernah teman-teman Biyarta membayangkan sedikit pun bahwa ia akan menjadi Mangunwijaya yang begitu terkenal, pejuang kemanusiaan yang gigih. Di mata teman-temannya, Biyarta adalah sosok yang aneh. Ia suka bercelana dril, yang bagian depannya berada di bawah puser, mete-mete. Masuk seminari menengah langsung kelas V dan tiga tahun lebih tua daripada teman-teman sekelasnya. Pernah ikut gerily…