Text
Dramaturgi Ludruk Karya Budaya Mojokerto-Jawa Timur Pada Lakon Sarip Tambak Oso
Dramaturgi Ludruk Karya Budaya Mojokerto-Jawa Timur pada Lakon Sarip Tambak Oso, adalah pengkajian teater rakyat yang orisinal oleh penulis. Ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengetahui LKBM secara lebih mendalam melalui keilmuan dramaturgi. LKBM sebagai kelompok kesenian Ludruk yang ada di Jawa Timur. Kelompok ini telah bertahan selama puluhan tahun, yaitu sekitar 47 tahun. Cerita STO telah hidup lebih lama dari pada kelompok LKBM. Ludruk telah menjadi hiburan khas Jawa Timur, dan cerita STO adalah salah satu legenda yang terus hidup di masyarakat Jawa Timur, khususnya Sidoarjo. Cerita STO sangat dekat dengan masyarakat dan konflik dalam lakon merupakan hal yang sering terjadi di masyarakat sehingga cerita ini mengingatkan betapa pentingnya komunikasi yang baik antara pemerintah dan masyarakat.
Kebaruan penelitian ini adalah sampai saat ini belum ada yang melakukan penelitian secara kajian dramaturgi terhadap LKBM khususnya pada lakon STO. Lakon yang menceritakan tentang perjuangan hak seorang manusia yang bernama Sarip yang tidak mau membayar pajak karena kemiskinannya. Hal itu menimbulkan perlawanan terhadap pemerintahan Belanda dan antek-anteknya, hingga akhirnya kelemahan Sarip dicari agar dapat membunuhnya yaitu dengan membungkam teriakan sang Ibu agar tidak bisa membangunkan Sarip dari kematiannya.
Cerita ini dianggap nyata oleh sebagian masyarakat yang ada di Wilayah Jawa Timur, khususnya di daerah Sidoarjo tepatnya di wilayah Tambak Oso. Seiring perkembangannya cerita ini kemudian menjadi pembelajaran bagi masyarakat setempat untuk lebih bijak menyikapi segala keputusan yang telah ditentukan pemerintah. Baik itu antara pemerintah dan rakyat hendaknya sama-sama melakukan komunikasi yang tepat agar tercipta keharmonisan.
Mengapa meneliti dramaturgi LKBM pada lakon STO? Mengingat betapa pentingnya mendokumentasikan pengetahuan tentang ludruk, karena masih terbilang langka dan juga cerita STO yang masih kontekstual hingga saat ini. Melihat banyaknya terjadi mis komunikasi antara pemerintah dan rakyat dalam mengambil kebijakan. Kajian dramaturgi LKBM pada lakon STO diharapkan mampu menjadi pembelajaran baik itu ludruk sebagai kelompok kesenian rakyat, maupun ceritanya yang bisa menjadi pengetahuan bagi masyarakat
Tidak tersedia versi lain