Text
Mengangkat Konsep Hidup Jawa Memayu Hayuningbawana Di Tengah Materialisme Dalam Penciptaan Karya Seni Patung
Proses penciptaan sebuah karya seni tidak akan pernah terlepas dari pengalaman pribadi atau momen estetik dan artistik seorang seniman. Hal ini dikarenakan munculnya konsep dan totalitas dalam proses penciptaan sangat dipengaruhi oleh latar belakang dari pribadi seniman. Seperti halnya dalam proses penciptaan karya ini, penulis yang berposisi sebagai seorang seniman melihat
adanya persoalan di lingkungan tempat tinggal, dimana materialisme berkembang pesat di lingkungan masyarakat Jawa. Persoalan utama dalam mengangkat Memayu hayuning bawana di tengah materialisme adalah rumusan konsep penciptaan yang diangkat dari realita kehidupan yang ada. Dalam proses penciptaan karya seni patung bahan yang digunakan adalah tanah liat yang diakhiri dengan proses pembakaran. Penggunaan bahan lain seperti arang, jerami dan tanah kering sengaja dilakukan untuk mengoptimalisasi konteks persoalan yang diangkat. Pemilihan tanah liat sebagai bahan baku dalam berkarya seni dikarenakan adanya hubungan antara konteks persoalan yang mengangkat realita masyarakat dengan filosofi tanah liat yang dalam kepercayaan Islam
merupakan bahan baku diciptakannya manusia. Selain itu tanah liat secara simbolik merupakan wujud dari sikap narimo yang merupakan karakteristik masyarakat Jawa. Fungsi dari penciptaan karya patung ini antara lain sebagai jawaban atas persoalan dalam realita masyarakat materialis dan konsep Memayu hayuning bawana sebagai konsep dasar dalam proses penciptaan. Selain itu penciptaan karya ini berfungsi sebagai media refleksi dan evaluasi diri, bagi kaum materialis atas hal hal yang di luar sepengetahuan dan pemikiran mereka. Melalui proses penciptaan karya yang terstruktur, masyarakat akan disuguhi dengan wacana dan persoalan yang secara simbolik terkandung dalam visualisasi karya seni.
Tidak tersedia versi lain