Text
Tantri: Interpretasi Nilai Perjuangan Perempuan Bali Masa Kini
Fabel Tantri adalah salah satu bentuk saduran cerita Panchatantra, berisi tentang pendidikan etika moral. Di luar cerita binatang, terdapat kisah menarik tentang perjuangan seorang perempuan untuk menyadarkan kekeliruan raja Iswaryadala yang mempunyai kesenangan menikah setiap hari, hingga tak seorang gadispun yang tersisa di negeri itu kecuali Dyah Tantri, yang dapat menyadarkannya kekeliruan raja. Kecerdasan Tantri didapat dari landasan pengetahuan agama yang bersumber dari kitab Nitisastra dan Tantra. Cerita Tantri dimaknai oleh seniman menjadi berbagai karya seni rupa,
seperti relief, lukisan dan patung, yang terdapat di candi candi di Jawa maupun Bali. Bagi saya, spirit perjuangan Tantri diinterpretasikan sebagai semangat perjuangan perempuan cerdas yang dapat merubah seseorang dari kondisi kegelapan karena kebodohan dan ketidaktahuan menjadi tercerahkan dengan ilmu pengetahuan. Tantri adalah pengetahuan, diperlukan bagi perempuan Bali masa kini yang masih termarjinalkan diantara budaya patriarki. Perjuangan untuk meraih keadilan atas hak aktualisasi diri yang hingga kini masih belum sepenuhnya didapatkan. Perempuan Bali dikenal akan etos kerjanya yang tinggi, pekerja keras, serta pengabdian terhadap keluarga, sehingga perempuan Bali menjadi perempuan yang tangguh dan terampil. Pada akhirnya kecerdasan juga
menentukan atas pengakuan potensi perempuan agar dapat mandiri dalam bersikap. Dengan demikian penciptaan karya seni rupa ini menghasilkan konsep utama tentang: “Perempuan Tangguh, Terampil, dan Cerdas”. Tujuan penciptaan ini untuk menciptakan tokoh karakter perempuan tangguh,terampil, dan cerdas dalam bentuk fabel sebagai sarana kritik atas fenomena sosial
perempuan Bali. Sedangkan metode yang digunakan adalah eksplorasi tentang sumber penciptaan dan pengalaman pribadi saya, pengumpulan identifikasi data, perancangan yang terdiri dari merancang bentuk atau sketsa, eksperimen bahan dan teknik, pembentukan, serta analisis yang menguaraikan tentang visualisasi gagasan, bentuk, media, serta pesan moral yang terkandung.Implementasi konsep ke dalam bentuk estetik melalui media fabel, lewat karakter tokoh angsa sebagai simbol perempuan tangguh, lembu simbol bijaksana, singa sebagai penguasa,
serigala licik, gajah yang arogan, dan bangau yang serakah. Rancangan dikemas dalam karya seni rupa dua dimensional, dalam bentuk lukisan partisi sebagai simbol ruang pribadi perempuan yang masih dibatasi oleh peraturan, hukum, adat istiadat, sehingga perempuan merasa geraknya
terbatas.Rancangan kedua dalam bentuk buku pop-up dari kayu,buku sebagai sarana seseorang menuju cerdas, dengan demikian seorang perempuan agar dapat melampaui sekat dia harus cerdas dan berwawasan luas.Diharapkan karya seni rupa ini dapat menambah kekayaan khasanah seni rupa di Indonesia, ditinjau dari konsep, media, dan rancangan yang diungkap. Wujud luaran dari proses
penciptaan ini adalah karya seni rupa dan laporan penciptaan seni atau Disertasi.
Tidak tersedia versi lain