Text
Photagogos; Terang-Gelap Fotografi Indonesia
banyak tulisan Tubagus dalam buku itu yang memberikan pencerahan tentang sejarah, konsep, madzab, dan teknik. Karena itu, kata Donny, buku itu tak wajib untuk dibaca secara berurutan, tetapi darimanapun sesuai kebutuhan.
”Fotografi itu bukan sekadar persoalan pendokumentasian dan pengabdian praktik kebudayaan manusia, tetapi pengubah praktik kebudayaan manusia,” tandasnya. Bagi Rekotomo, buku karya bapak satu anak yang juga pendiri sekaligus pengelola eks Rumah Seni Yaitu itu, kurang up to date. Pasalnya, beberapa tulisan itu merupakan karya Tubagus beberapa tahun lalu. ”Bahkan, awal penulisan buku ini telah dilakukan 11 tahun lalu, sehingga ada hal yang kurang sesuai dengan kondisi sekarang,” katanya. Sementara itu, Gunawan Budi Susanto atau yang akrab disapa Kang Putu pun mengakui, setelah membaca buku itu dari bab pertama hingga akhir secara runtut, dia merasa bukan apa-apanya jika dibandingkan dengan sang penulis. ”Foto itu ternyata dinilai bukan dari kualitas teknik semata, keindahan, kualitas pengambilan gambar, tapi muatan nilai di dalamnya,
Tidak tersedia versi lain