Text
Bentuk dan makna tokoh Bima dalam wayang kulit Gaya Pakualaman
Penelitian ini menggunakan teori ikonografi dari Erwin Panofsky untuk membedah topik yang diangkat. Tahapan yang digunakan dalam teori ikonografi adalah deskripsi pra-ikonografi, analisis ikonografi dan interpretasi ikonologi. Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan metode kualitatif. Data penelitian didapatkan dengan melakukan observasi langsung ke lapangan dan wawancara dengan narasumber yang dianggap menguasai topic bahasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam tataran pemaknaan, terdapat makna umum dan makna khusus terkait dengan Bima gaya Pakualaman. Secara umum, makna dari atribut yang melekat pada Bima memiliki persamaan dengan makna yang berasal dari luar wilayah Pakualaman. Secara khusus, makna Bima tergambar dalam naskah Sestradisuhul yang menggambarkan tentang keteguhan hati tokoh Bima dan nasehat lain yang terkandung di dalam teks itu. Sebagai ciri khas dari gaya Pakualaman, penambahan atribut keris pada figur wayang kulit Kyai Jimat ditujukan untuk memanusiakan wayang tersebut, sebab tujuan dari penciptaan wayang Kyai Jimat gaya Pakualaman adalah sebagai nasehat dan peringatan kepada keluarga Pakualaman, bukan sebagai alat yang digunakan untuk pertunjukan. Kontribusi yang didapat berupa informasi mengenai morfologi dan makna yang terkandung dalam tokoh Bima gaya Pakualaman, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan referensi tambahan, khususnya mengenai wayang kulit gaya Pakualaman.
Tidak tersedia versi lain