Text
Pertunjukan Ritual Seren Taun Di Cigugur Kabupaten Kuningan Jawa Barat
Pertunjukan ritual Seren Taun adalah penataan kembali upacara nutu melalui proses pergantian tiga kepemimpinan. Tiga kepemimpinan itu meliputi Kiai Madrais; P. Tedjabuana, dan P. Djati Kusumah sampai sekarang. Pertunjukan ritual Seren Taun menyajikan sistem upacara yang di dalamnya terdapat aspek gagasan, aspek kebahasaan, aspek prilaku, dan aspek peralatan. Aspek-aspek ini saling berkaitan satu-sama lain, dimaknai sebagai komunikasi ritual (suci) yang meliputi tindakan sakral, mantra sakral, dan pergelaran sakral. Dalam pemahaman sebuah pertunjukan, berbagai simbolisasi Seren Taun merupakan kinerja P. Djati Kusumah pemangku adat dalam membingkai struktur proses ritual. P. Djati Kusumah menyajikan ritus peralihan, diungkapkan sebagai drama estetik tiga tahapan kehidupan. Sebagai pertunjukan ritual, Seren Taun memiliki signifikansi untuk menunjukkan nilai-nilai penghayatan pada para pengikutnya, dan mendorong, serta memotivasi masyarakat berbeda agama, suku, adat, dan kepercayaan dalam memaknai arti bersyukur. Pada sisi yang lain pertunjukan diartikan pula sebagai menampilkan kesenian atau pertunjukan seni sebagai sajian yang dapat memberikan pengalaman keindahan, tontonan atau hiburan bagi seluruh partisipan.Tiga tahapan kehidupan divisualisasikan melalui Tari Pwahaci sebagai tahap kelahiran dan citra keillahian manuisia; Ngararemokeun Pare sebagai tahapan kedewasaan/perkawinan; dan Prosesi Puncak (Ngajayak, Babarit, dan Tumbuk Padi sebagai tahapan kesempurnaan. Dewi Pwahaci sebagai simbol ekspresi dominan memiliki sifat multivokal, dan berdimensi posisional, eksegesis, operasional, sesuai dengan visi dan misi pemangku hajatnya.
Tidak tersedia versi lain