Text
Ondel-Ondel Sebagai Ruang Negosiasi Kultural Masyarakat Betawi
Ondel-ondel merupakan hasil karya seni Betawi kuno yang awalnya merupakan bagian dari aktivitas ritual sakral rakyat yang kemudian dijadikan sebagai salah satu ikon kota Jakarta. Sampai dengan hari ini ondel-ondel masih dapat ditemui, baik dalam bentuk seni pertunjukan maupun dekorasi. Boneka besar ini merupakan deformasi bentuk tubuh manusia yang ditampilkan dengan wajah tanpa leher dan busana warna-warni. Dalam perkembangan selanjutnya, ondel-ondel tidak lagi dikaitkan sebagai objek sakral tetapi bekembang menjadi bagian dari beberapa bentuk seni, atau jadi media untuk berbagai kepentingan praktis termasuk menjadi sekedar properti negara yang digunakan untuk kepentingan bisnis besar dan kecil. Ondelondel telah dipakai secara pragmatis oleh masyarakatnya. Unsur-unsur kostum pada ondel-ondel dan maknanya terus berkembang sesuai dengan konteks sosial, politik, ekonomi, dan budaya yang terkait dengan peran kekuasan di masa-masa tertentu. Berdasarkan historis, analisis dan interpretasi semiotika, maka unsur-unsur kostum pada ondel-ondel mengalami kontinuitas dan perubahan, sehingga terjadi 4 klasifikasi model ondel-ondel, yaitu model barongan, model personifikasi, model Islami, dan model komersial, di mana model barongan menjadi titik awal penelitian
ondel-ondel ini. Setiap model ondel-ondel memiliki ideologi tersendiri, yaitu: ideologi pembangunan, ideologi agama dan ideologi pasar. Dalam kontinuitas dan perubahan setiap model ondel-ondel terdapat tarik-ulur atau tawar-menawar dan dinamika sosial antara berbagai pihak yang membawa ciri khas pada unsur-unsur kostum tersendiri, yang selanjutnya dimaknai berbeda dari sebelumnya. Tarik-ulur dan tawar-menawar ini menciptakan ruang negosiasi kultural dalam masyarakat Betawi. Pada akhirnya ondel-ondel merupakan arena para elit penguasa bermain-main untuk eksistensi dirinya. Unsur-unsur kostum pada ondel-ondel diproduksi, dikonstruksi sebagai mitos dan menjadi ideologi oleh penggunanya (kelompok elit penguasa). Ketiga ideologi yang muncul pada masa berbeda semuanya berada di bawah payung ideologi kekuasaan. Ideologi kekuasaan ini mewakili kelompok elit penguasa yang kaya dan memiliki pengaruh penting dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, dan agama. Dalam masyarakat Betawi, ideologi ini disebut ideologi gedongan, merujuk pada lingkungan rumah besar atau gedung (gedong), di mana kelompok elit penguasa itu tinggal. Diharapkan penelitian ondel-ondel ini dapat dilanjutkan dan dikembangkan dengan melihat budaya-budaya lain yang mempengaruhi kontinuitas dan perubahan ondel-ondel, perbandingan ondel-ondel dengan boneka-boneka besar lainnya di
berbagai daerah di dalam dan luar Indonesia, serta mencari mitos lain dari ondelondel
yang digunakan untuk menentang pemerintah.
Tidak tersedia versi lain