Text
Fungsi tari pho dalam tradisi manoe pucok pada upacara adat perkawinan Aceh Barat
Tari Pho dalam tradisi Manoe Pucok diciptakan khusus berkaitan dengan adat perkawinan Aceh Barat. Manoe Pucok atau disebut Peumanoe merupakan tradisi memandikan pengantin di Aceh Barat. Manoe Pucok berasal dari bahasa Aceh. Manoe artinya mandi dan Pucok dimengerti sebagai pucuk daun muda yang terdapat di ujung pohon atau ujung ranting. Prosesi Manoe Pucok diiringi pertunjukan tari Pho. Pho berasal dari kata peuba-e Pho. Peubae artinya meratapi (meratok). Peubae Pho artinya kisah ratapan dalam tari dan syair yang berisi suatu permohonan kepada Sang Pencipta atau Pemilik. Dalam prosesi Manoe Pucok terdapat tahapan ritual yang disebut peusijuk (mendinginkan) dan peumanoe
(memandikan). Tari Pho dalam prosesi tersebut merupakan fenomena „baru‟ yang
hadir dalam adat pernikahan di Aceh Barat. Kehadirannya memunculkan
pertanyaan utama penelitian yang diformulasikan menjadi rumusan masalah, yaitu
mengapa tari Pho selalu dihadirkan dalam prosesi Manoe Pucok dan apa fungsi
tari Pho dalam tradisi Manoe Pucok pada upacara adat perkawinan. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan sosiologi tari, dan
mengimplementasikan teori fungsionalisme untuk mengurai dan mencapai
jawaban rumusan masalah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fungsi tari Pho
dalam tradisi Manoe Pucok pada upacara perkawinan di Aceh Barat adalah
Sebagai bentuk dukungan sosial (sosial support), sebagai ritus peralihan dan
sebagai seni pertunjukan. Kehadirannya dalam perkawinan saat ini merupakan
suatu bentuk dukungan sosial yang sudah melekat dalam tradisi masyarakat
sebagai wujud syukur dan kasih sayang yang mencerminkan karakter masyarakat
setempat.
Tidak tersedia versi lain