Text
Kondisi Kematian Pasca Tsunami Aceh sebagai Refleksi Diri dalam Mewujudkan Karya Tari Riwang
“Riwang” adalah sebuah karya yang lahir dari sebuah refleksi diri penata terhadap fenomena pasca Tsunami Aceh pada tahun 2004. Pengalaman empiris yang telah dialami penata menjadi sumber utama pembuatan karya ini. Kematian itu bersifat pasti dan tidak dapat diduga kapan akan datang. Tidak ada satu orang pun yang tahu tentang misteri kematian. Kapan kematian akan menghampiri, di mana dan dalam kondisi yang seperti apa. Kematian bisa saja menjumpai mereka yang tua dan yang muda, mereka yang sehat dan yang sakit, terkadang mendatangi manusia yang tidak pernah bersyukur dan menerima takdir hidupnya. Melalui karya ini penata ingin menyampaikan sebuah pesan moral kepada penonton, bahwa setiap insan akan mengalami kematian, maka bagaimana mereka mempersiapkan diri dengan bekal seoptimal mungkin yang akan dibawa menuju akhir perjalanan panjang itu. Fenomena ini menarik perhatian penulis untuk menciptakan sebuah karya tari dengan merumuskan masalah tentang bagaimana mewujudkan negosiasi kematian dan pesan moral yang disampaikan pada karya tari ini. Dalam penciptaan karya ini penulis menggunakan teori fenomenologi dalam memecahkan rumusan masalah dan untuk mencapai jawaban dari rumusan masalah tersebut. Proses kreatif ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan riset artistik-koreografi. Dari penciptaan karya tari ini penulis ingin membuka pemikiran manusia bahwa apapun yang dilakukan di dunia, setinggi apapun manusia menggapai kedudukan mereka tetap akan menuju pada kematian. Sehingga manusia perlu merefleksikan diri terhadap apa yang mereka lakukan di dunia sebelum menuju kematian tersebut. Karena tidak ada seorang pun yang tahu kapan dan bagaimana ia akan mati, karena itu adalah rahasia sang Pencipta, namun dari pengalaman tersebut kita dapat mengambil sebuah pelajaran bahwa semua yang hidup pasti akan mati
Tidak tersedia versi lain