Text
ECO-ART Bambu dan Spiritualitas Silat Dalam Integrated Space Design
Berita tentang perubahan iklim, naiknya permukaan air laut, hilangnya pulau-pulau hingga naiknya suhu bumi di dalam fenomena Global Warming penting untuk diperhatikan. Namun peristiwa tersebut sulit dibayangkan oleh masyarakat pedesaan, walaupun faktanya fenomena tersebut telah mengakibatkan para petani mengalami kegagalan panen dan hampir tidak dapat lagi memprediksi waktu tanam dan panen. Di luar fenomena tersebut, persoalan lingkungan juga ada di dekat kita, tak terkecuali di kaki Gunung Merapi, Sleman,Yogyakarta. Penambangan pasir liar di daerah pemukiman penduduk dusun Sorodadi, desa Wukirsari, kecamatan Cangkringan telah mengakibatkan rusaknya tata guna lahan sehingga berdampak pada menurunnya permukaan air tanah dan air permukaan. Menyusutnya populasi tanaman bambu sebagai akibat dari meluasnya lahan penambangan pasir juga telah merusak tatanan jaring kehidupan. Tanaman bambu sebagai tumbuhan yang erat dengan kebudayaan masyarakat lokal tidak lagi dipandang orang sebagai sumber daya alam alternatif yang memiliki peran penting dalam penyediaan lapangan pekerjaan serta kebutuhan dasar manusia,akibatnya hilang pula sebagian dari kemampuan survival masyarakat setempat untuk beradaptasi dengan merosotnya keberlanjutan sumber daya alam di mana mereka hidup dan mendapatkan kehidupan darinya. Sulit menepis anggapan bahwa kerusakan lingkungan yang terjadi di kaki Merapi berawal dari terpecahnya cara pandang manusia akibat dari munculnya pembedaan antara humanisme dengan ekologis, pengetahuan dengan nilai-nilai, dan tubuh manusia dengan spiritualitas. Pencak silat, sebagai seni bela diri yang merupakan wujud kebudayaan bangsa Indonesia yang tunduk pada keselarasan antara wiraga, wirama dan wirasa dapat menjadi pendidikan alternatif bagi masyarakat setempat untuk memahami kesalingterhubungan antara tubuh manusia dengan lingkungan tempat hidupnya. Penyatupaduan antara pikiran, tubuh dan spiritualitas dapat membantu masyarakat setempat untuk menemukan kembali nilai-nilai kebudayaannya.Integrated Space Design sebagai manifestasi estetis Eco Art, merupakan karya seni yang diciptakan untuk menjawab persoalan lingkungan yang terjadi di kawasan kaki Gunung Merapi, yaitu dengan mewujudkan ruang, wadah atau jembatan interaksi antar manusia, manusia dengan lingkungan buatannya, dan manusia dengan alam seputar hidupnya, dengan menggunakan tanaman bambu sebagai medium utamanya, dan spiritualitas silat sebagai inspirasinya sehingga dapat melestarikan daya hidup masyarakat setempat, baik secara ekologis maupun spiritual.
Tidak tersedia versi lain