Tugas Akhir
Korelasi Pengelolaan Latihan Dengan Kecemasan Siswa Pada Ekstrakurikuler Teater
Ekstrakurikuler seyogyanya menjadi sarana siswa dalam mengembangkan potensi yang dimiliki. Pihak sekolah sebagai penyelenggara, memfasilitasi segala kebutuhan siswa mulai dari perancanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi. Ekstrakurikuler teater sebagai salah satu pilihan, memberikan kesempatan siswa untuk dapat memeragakan peran. SMA N 9 Yogyakarta sebagai salah satu penyelenggara ekstrakurikuler teater. Pada tahun 2019, ditemukan sejumlah siswa
yang mengeluhkan kekhawatiran dirinya dalam memahami naskah Opera Primadona. Penelitian ini berupaya menemukan hubungan antara pengelolaan latihan ekstrakurikuler teater dengan kecemasan siswa. Dengan memahami penggunaan model manajemen ekstrakurikuler, mengdentifikasi pengelolaan latihan ekstrakurikuler, dan mengidentifikasi kecemasan siswa ekstrakurikuler teater SMA N 9 Yogyakarta dalam memahami naskah tertentu. Menggunakan teori kecemasan dan manajemen ekstrakurikuler. Metode penelitian ini menggunakan penelitian campuran yakni kualitatif dan kuantitatif agar diperoleh pemahaman yang baik secara integratif, memperkuat dalam mencari konvergensi menuju penggabungan data yang sebenarnya. Melalui kuesioner dan wawacara, ditemukan 12 orang (37,50%) dari 32 responden merasakan kecemasan yang “tinggi”, 6 orang (18,75%) dari 32 responden merasakan kecemasan yang “sangat tinggi”, 9 orang (28,13%) merasakan kecemasan yang “rendah”, dan 5 orang (15,63%) merasakan kecemasan yang “rendah”, dan 5 orang (15,63%) lainnya yang merasakan kecemasan “sangat rendah” sebagai seorang peran saat proses berlatih ekstrakurikuler teater tahun 2019. Kecemasan siswa dalam memahami naskah tertentu disebabkan oleh 2 faktor yakni eksternal dan internal. Faktor eksternal meliputi beban ekspektasi naskah yang akan dibawakan, hafalan naskah, dan pengelolaan latihan. Faktor internal meliputi pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan siswa dalam menghafalkan naskah, serta kemampuan mengelola waktunya sendiri. Pada pelaksanaannya, pelatih memahami adanya kecemasan siswa, sehingga pelatih membuat beberapa kebijakan pengelolaan untuk mengatasinya. Meskipun demikian, siswa tetap merasakan cemas. Hal ini sekaligus menambah wacana bahwa pengelolaan latihan yang mengedepankan hasil daripada proses, membuat timbulnya kecemasan siswa. Kecemasan yang timbul dapat dikatakan sebagai gangguan panik, dengan gejala khawatir, gugup, dan takut berbagai kemungkinan yang berorientasi pada pementasan
Tidak tersedia versi lain