Text
Proses Kreatif Dari Perspektif Seorang Disleksik
Masalah belajar yang biasa disebut dengan disleksia sudah dimiliki penulis sejak kecil sehingga membuatnya mengalami distorsi visual pada saat menulis maupun membaca. Distorsi visual yang dialami ketika menulis adalah tertukarnya huruf pada setiap kata dan refleksi hurif seperti pantulan cermin, sedangkan pada saat membaca huruf-huruf saling tumpang tindih, bergerak, bercermin, berpendar, memudar hingga menghilang. Persepsi ruang yang kurang baik terjadi dalam kehidupan sehari-hari seperti pada saat melihat susunan anak tangga yang seolah rata, susunan batu bata yang seolah timbul dan tenggelam serta kesulitan membedakan tinggi rendahnya permukaan jalanan. Keadaan tersebut membuat penulis harus menemukan metode yang memudahkan proses belajar seperti dengan banyak mendengarkan, berdiskusi hingga membuat catatan-catatan visual seperti lukisan untuk mengingat dan atau menyimpan informasi, terlebih karena melukis adalah salah satu kegiatan yang paling digemari hingga saat ini. Sebagai seorang pelukis yang mengalami disleksia, penulis mendapatkan keuntungan dalam memvisualkan distorsi yang dialami melalui lukisan. Membuat karya abstrak menjadi perantara yang relevan dengan pengalaman visual tersebut. Karya abstrak ditempuh dengan menggunakan berbagai macam teknik untuk mendapatkan efek seperti ketidakteraturan, refleksi, tumpang tindih, memudar dan lain-lain. Untuk memperkuat penyajian keseluruhan karya, penulis memanfaatkan teknologi realitas berimbuh atau lebih dikenal sebagai AR (Augmented Reality) yang semakin membantu penikmat mendapatkan beberapa sensasi visual yang dialami penulis dengan menggunakan aplikasi Artivive yang dapat diunduh melalui ponsel pintar
Tidak tersedia versi lain