Text
Konstruksi Identitas Asri Dalam Arena Kuasa Simbolik Seni Rupa Modern
Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) berdiri lima tahun setelah Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia. Situasi saat pendirian ASRI sarat dengan semangat
mempertahankan dan mengisi kemerdekaan. Identitas ASRI terbangun lewat peran-
peran aktor yang terlibat dalam diskusi kebudayaan nasional Indonesia, kebangunan
seniman (pelukis) dan organisasinya, dan pendidikan yang bebas dari kolonialisme.
Seni rupa modern yang dibawa oleh kolonial Eropa merupakan bagian dari projek
modernisasi. Modernisasi dalam seni rupa membentuk masyarakat seniman yang
memiliki kesadaran mengenai seni yang memiliki peran intelektual dalam kebudayaan,
memiliki kesadaran organisasi, dan kebutuhan pewarisan pengetahuan seni dalam
bentuk pendidikan.
Dalam menerima seni modern itu masyarakat seni melakukan bentuk internalisasi
terhadap legitimasi, resistensi, dan projek identitas. Resistensi terjadi dalam
mendefinisikan seni modern terjadi dalam seni lukis. Kesadaran ini membangun
identitas komunitas seniman dalam meposisikan dirinya dalam masyarakat dan dalam
arena seni dunia. Identitas sebagai projek mendapat peluang pada masa pendudukan
Jepang. Pada saat itu para seniman dilibatkan dalam kegiatan propaganda dan menjadi
bagian dari lembaga kebudayaan yang mengurusi soal-soal seni dan di luar seni.
Pasca kemerdekaan lembaga yang melegitimasi seni modern yang dikuasai oleh
masyarakat Barat ditiru dan dikembangkan dalam bentuk pelembagaan-pelembagaan
di bidang seni, dari pelembagaan perbincangan melalui kongres, pelembagaan
organisasi seni, dan pelembagaan sistem pendidikan. ASRI dan individu-individu di
dalamnya memerankan dirinya dalam pertarungan kuasa simbolik yang terjadi dalam
arena seni rupa, baik di tingkat nasional maupun internasional.
Tidak tersedia versi lain