Text
Menyelami lautan film
Saat reformasi bergolak tahun 1998, pembajakan kian mengganas. Daya beli yang menurun sebagai akibat krisis ekonomi juga semakin menyepikan gedung bioskop. Film nasional benarbenar lesu di pergantian milenium. Namun, di awal milenium jagad perfilman dikejutkan dengan keberhasilan Petualangan Sherina, sebuah film drama musikal anak. Film ini sukses secara komersial. Kesuksesan Petualangan Sherina dilanjutkan dengan kejutan Ada Apa dengan Cinta, sebuah film remaja yang menghipnotis penonton film di Indonesia. Pasca reformasi, monopoli jaringan 21 dihapus. Teknologi digital memudahkan produksi film dengan yang lebih murah. Yang terpenting adalah generasi pasca reformasi adalah generasi yang terliterasi dengan baik. Alih-alih menonton film bajakan, generasi melek media ini sadar untuk datang ke bioskop untuk menonton film original. Di berbagai kota, gedung bioskop kembali berdiri. Sayangnya, empat gedung bioskop di Madiun yang saya sebut di awal terlanjur mati. Buku ini memberikan kenangan bagi saya dan mungkin generasi 1990an dan bahkan generasi 1980-an dengan keberagaman kajian mengenai film Indonesia di masa lampau dan masa kini. Bioskop boleh mati, namun kenangan pada film nasional tetap terpatri dari copy film nasional yang berubah menjadi digital dan ditonton anak muda era milenial. Tidak sekadar menonton, mereka juga menyelami film nasional dengan mengkajinya sebagaimana yang Anda baca dalam buku ini.
Tidak tersedia versi lain