Tugas Akhir
Monster sebagai metafor kejahatan pedofilia dalam visualisasi seni grafis.
Kejahatan pedofilia masih terjadi dan menimpa anak di Indonesia. Pelanggaran asusila ini belum dapat dibasmi sepenuhnya oleh pihak yang berwenang, dan masyarakat Indonesia umumnya, karena sulitnya mendeteksi penyimpangan seksual ini pada seseorang, para predator seksual hidup menyatu di masyarakat dan anak sangat dirugikan karena dampak yang ditimbulkan berupa luka fisik dan psikis, kurangnya kewaspadaan orang tua dan keterbatasan memori anak menyebabkan kasus baru terungkap setelah banyaknya korban berjatuhan, penulis menciptakan karya seni dengan tujuan mengkritisi praktik pedofil, sekecil apapun itu adalah kasus besar, karya seni penulis men-target audiens semua usia termasuk anak, akan dihadirkan secara menarik lewat penyajiannya, kemudian visualisasi monster dapat dimaknai sebagai tindak pedofilia yang menyeramkan. Teori yang digunakan adalah Teori Psikoseksual oleh Sigmund Freud, teori tersebut mengungkapkan bahwa sejak awal kehidupan, manusia dimotivasi oleh dorongan-dorongan yang irasional untuk mendapatkan kepuasan, dorongan-dorongan ini merupakan ekspresi dari libido yaitu energi psikis yang memotivasi prilaku manusia, dan teori Empirisme oleh John Locke mengatakan anak yang baru lahir bagaikan kertas kosong, dapat ditulis dengan tinta warna apapun, seperti pelaku pedofilia yang pernah mengalami pelecehan pada masa kecilnya. Metode yang penulis gunakan mengacu pada metode penciptaan seni oleh David Campbell, adapun tahapannya meliputi : Eksplorasi, Konsentrasi, Inkubasi, Iluminasi, Produksi, meskipun dalam pelaksanaannya, tahapan tersebut tidak selalu berurutan, dimana saat menciptakan karya terkadang muncul ide-ide baru berupa metafora, warna dan teknis mewujudkan karya, karya yang akan dihadirkan adalah monoprint cukil kayu (Wood cut) dan handcolouring dengan media kertas dan penyajian seperti karya Paper Cut. Penulis menemukan bahwa tidak ada faktor tunggal penyebab seseorang menjadi pedofil, salah satu faktor adalah adanya distorsi kognitif atau kesalahan berpikir pada pelaku pedofilia sebagai hasil endapan pengalaman pribadinya, seperti dilecehkan, ditindas, dan tidak dipedulikan oleh lingkungan pada masa kecilnya
Tidak tersedia versi lain