Tugas Akhir
Tabuh Kedua Setelah Lampu MenyalaSensualitas dan Bias Gender dalam Konsep Pertunjukan
Tubuh Kedua Setelah Lampu Menyala merupakan hasil intertekstualitas dari melihat sensualitas yang terjadi dalam kesenian Ronggeng. Peran penari perempuan selalu diletakkan sebagai objek tatapan. Seolah-olah bahwa kesan sensualitas hanya ditimbulkan oleh penari perempuan. Gerak, anatomi tubuh, dan kostum yang digunakan turut mengkonstruksi kesan-kesan sensualitas pada pertunjukan Ronggeng. Faktanya sensualitas hadir tidak hanya pada pertunjukan Ronggeng. Sensualitas hadir juga pada setiap pertunjukan, di atas panggung setiap tubuh rentan untuk diobjektifikasi. Baik laki-laki maupun perempuan, keduanya memiliki potensi yang sama untuk dipandang sensualitas. Makna sensualitas berbeda bagi setiap individu, hal ini dipengaruhi oleh cara pandang, pengalaman, dan imajinasi. Penelitian ini menggunakan metode practice led research, penelitian berbasis praktik dan praktik sebagai penelitian. Menekankan pada subjektivitas, refleksivitas, dan legalitas pandangan peneliti. Proses kreatif yang dilakukan melalui tahapan eksplorasi, improvisasi, evaluasi dan pembentukan. Penelitian ini direpresentasikan dalam bentuk karya tari berdurasi 18 menit, berpijak pada struktur gerak dan meminjam pola yang terjadi dalam kesenian Ronggeng. Ditarikan oleh dua penari, laki-laki dan perempuan. Gerak yang tercipta merupakan hasil eksplorasi dari liukan, putaran, sentuhan dan tatapan.Karya tari ini merupakan hasil interpretasi subjektif dalam memandang sensualitas. Sensualitas pada hakikatnya tidak memiliki jenis kelamain. Bentuk tubuh, gestur, dan apa yang dikenakan berpotensi menciptakan kesan sensualitas.
Tidak tersedia versi lain