Tugas Akhir
Perancangan Identitas Visual Sudiroprajan Surakarta dengan Pendekatan “Rasa Kedaerahan”.
Dalam konteks rancangan umum, desain yang mengangkat tema kedaerahan kebanyakan hanya asal menggunakan tanda-tanda yang stereotipikal. Peneliti mencoba untuk memecahkan persoalan ini dengan melakukan pendekatan “rasa kedaerahan”. Pendekatan ini menggunakan kombinasi dua metode yang digunakan oleh Desain dan Seni Rupa, dikombinasikan untuk menghasilkan Desain yang berbasis pada “rasa” dari daerah terkait. Penelitian menggunakan Semiotika Ferdinand de Saussure sebagai pisau bedah, teori Rasa Marc Benamou sebagai tolok ukur nilai-nilai dalam masyarakat, dan skema AGIL dari teori Fungsionalisme Struktural Talcott Parsons sebagai instrumen penelitian antropologis. Pendekatan ini diimplementasikan untuk perancangan identitas visual kelurahan Sudiroprajan Surakarta memiliki keunikan tersendiri, yaitu fakta bahwa kelurahan ini telah menjadi tempat bercampurnya dua kebudayaan yang sama sekali berbeda, yaitu Tionghoa dan Jawa. Keunikan ini membuktikan bahwa desain mau tidak mau harus memahami “rasa” dari daerah terkait agar desainer tidak terjebak seperti menggunakan stereotipe dari satu kebudayaan tertentu. Penelitian menghasilkan rancangan desain dengan kombinasi dua kebudayaan yang bercampur dengan mengedepankan bentuk, warna, dan penulisan berdasarkan penanda yang telah disepakati oleh masyarakat di Sudiroprajan.
Tidak tersedia versi lain