Tugas Akhir
Pergeseran nilai Horja Bius dari upacara ritual menjadi atraksi wisata (Studi Tata Kelola Budaya)
Tata kelola budaya masyarakat Batak Toba di Kabupaten Samosir memiliki sistem
tata kelola yang unik serta memiliki struktur, tanggung jawab, nilai dan fungsi
tertentu dalam melaksanakan upacara ritual dari sisi agama, status kedudukan dan
mengelola kekayaan alam yang ada. Program Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
menjadikan budaya lokal upacara ritual Horja Bius menjadi sebuah atraksi wisata
sehingga menjadi wadah pelestarian dan pengenalan kekayaan lokal dari Batak
Toba tersebut dan melihat tingkat keputusan untuk berkunjung ke Atraksi Wisata
Horja Bius. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah mix
method yang menggabungkan dua metode penelitian kualitatif etnografi dan
kuantitatif asosiatif untuk menganalisis lebih lanjut tentang tata kelola budaya
upacara ritual Horja Bius yang sakral menjadi sebuah atraksi wisata yang profan
agar menjadi tinjauan kembali dalam mengelola upacara ritual menjadi sebuah
atraksi wisata dengan menyajikan tingkat keputusan berkunjung wisatawan. Hasil
penelitian menjelaskan bagaimana sistem pengelolaan upacara ritual Horja Bius
yang memiliki 22 upacara ritual dan nilai sakral tersendiri bagi masyarakat Batak
Toba sehingga menjadi sebuah keunikan dan kekayaan dari kearifan lokal
masyarakat itu sendiri. Pemerintah Kabupaten Samosir melakukan pengelolaan
upacara ritual menjadi atraksi wisata memiliki banyak pergeseran dari 22 menjadi
9 upacara ritual dan memiliki pergeseran nilai yang harus dalam atraksi wisata
tersebut dan terjadi dampak negatif dan positif pergeseran nilai terkandung dari
upacara ritual Horja Bius. Hasil dari pengelolaan atraksi wisata bagaimana
keputusan berkunjung wisatawan menunjukkan juga bahwa terdapat nilai pengaruh
atraksi wisata terhadap keputusan untuk berkunjung wisatawan sebesar 23,1%
Tidak tersedia versi lain