Tugas Akhir
Dinamika ruang Tri Mandala dalam interpretasi angkep - angkepan
Penelitian ini bertujuan untuk menciptakan model angkep-angkepan sebagai fenomena harmoni dalam karawitan. Penciptaan angkep-angkepan ini dilatar belakangi dari pengalaman psikologis yang mampu merasakan harmoni ketika berada pada ruang-ruang tri mandala, sebaliknya mendapatkan kekerasan simbolik selama menjadi seorang komposer. Kekerasan simbolik terjadi karena komposisi yang tercipta sebelumnya tidak mampu menunjukan adanya kompleksitas harmoni, kreatif, dan inovatif. Ketidakmampuan ini disebabkan oleh kelemahan sistem angkep-angkepan dimensi dua gamelan Bali, sebuah sistem yang tidak dapat menghadirkan sensasi keharmonisan secara multidimensional (dimensi tiga). Oleh sebab itu, perlu dilakukan deteritorialisasi dari tri mandala ke dalam interpretasi angkep-angkepan. Proses interpretasi ini menggunakan pendekatan Deluzian tentang deteritorialisasi, reteritorialisasi, smooth space, dan striated space sebagai alat analisa untuk mentrasformasi tri mandala menjadi angkep-angkepan gamelan Bali. Oleh sebab itu, research led practise, practise led research dijadikan metode penelitian untuk menghasilkan konsep/sistem angkep-angkepan dan produk berupa komposisi karawitan. Metode ini bersifat bolak-balik, artinya sebelum praktik, terlebih dahulu dilakukan penelitian, kemudian dilanjutkan praktik, setelahnya
dilakukan sebuah penelitian kembali terhadap hasil praktik yang telah dilakukan. Penciptaan angkep-angkepan berupa sistem dan komposisi baru karawitan ini menghasilkan tiga temuan yang sekaligus menjadi jawaban dari pertanyaan penelitian, yaitu: (1) konsekuensi teknis dari penciptaan sistem angkep-angkepan dimensi tiga tri mandala terhadap sistem laras dan teknik permainan gamelan Bali adalah terbentuknya tangga nada baru berupa laras gamelan yang bukan pelog dan bukan pula slendro; tiga pitch yang disebut dengan pengumbang-penyelah - pengisep sebagai unsur pembentuk angkep-angkepan; teknik baru yaitu polos, penyelah, dan sangsih sebagai salah satu formulasi dari sistem tersebu; (2) Bagaimana model realisasi penciptaan angkep-angkepan dimensi tiga tri mandala dalam relasinya terhadap kebaruan estetika gamelan Bali adalah melalui penciptaan ragam pola musikal yang berlandasakan pada dimensi tiga melahirkan estetika baru yang berbasis pada pola tiga; (3) mengapa tri mandala menjadi landasan pada pengembangan sistem angkep-angkepan karena dimensi tiga yang menjadi keberagaman konsepsi dasar tri mandala adalah sebuah spirit/kekuatan untuk membangun harmoni dalam kasus gamelan Bali, yang mana dimensi ini melebihi dari dimensi-dimensi lainnya.
Tidak tersedia versi lain