Tugas Akhir
Representasi Ketidaksetaraan Di Bali Dalam Penciptaan Karya Seni Rupa
Berangkat dari pengalaman empiris penulis, serta pengamatan langsung sebagai seorang yang berasal dari Bali, terdapat beberapa permasalahan terkait ketidaksetaraan strata sosial masyarakat yang menjadikan kasta sebagai tolak ukur tinggi rendahnya status sosial setiap orang berdasarkan garis keturunannya. Pemahaman kasta yang keliru ini menjadi kegelisahan yang menggenang dan terus mengusik pikiran penulis. Tidak hanya penulis, akan tetapi masih banyak masyarakat yang merasakan ketidaksetaraan dalam konteks kasta itu sendiri. Seperti larangan menjalin hubungan asmara dengan orang yang kastanya lebih tinggi, larangan melakukan persembahyangan di tempat suci (merajan) di rumah aslinya untuk seorang wanita yang telah menikah dengan orang yang kastanya lebih rendah (nyerod) dan lain sebagainya. Fenomena ini menarik diangkat sebagai wujud kritik dan cerminan kembali kepada kita semua, khususnya masyarakat Bali yang masih terkukung dalam pemahaman kasta yang keliru sehingga menimbulkan kesalahpahaman hingga saat ini. Penulis mendapat ide gagasan serta konsep pembentukan karya yang divisualkan ke dalam tiga buah karya seni instalasi dengan judul karya 1 “Membelenggu”, karya 2 “Lingkar Sarang”, dan ketiga “Ruwet”. memanfaatkan material yang alami, sederhana dan ramah lingkungan. Seperti tanah liat, limbah kayu, jerami, bata merah dan satu karya memanfaatkan benang wol. praktik ini berlandaskan atas teori Practice-based research atau penelitian artistik berbasis praktik oleh Mika Hannula dengan prinsip in-and-through, yang merupakan proses keluar masuk saat berkarya untuk merasakan kedalaman akan sebuah proses yang menjadi point penelitiannya. Dalam proses kreatifnya, penulis menggunakan metode dari David Campbell sebagai 5 tahapan penciptaan yaitu tahap persiapan, konsentrasi, iluminasi, inkubasi dan verifikasi atau tahap produksi sebagai implementasi kerja mulai dari tahap awal ide sampai terwujud menjadi karya seni yang tidak hanya sebagai ekspresi individual yang terbatas pada persoalan estetik namun menjadi alat untuk menarasikan ketidaksetaraan yang perlu dipertanyakan kembali melalui cerminan karya-karya yang tercipta.
Tidak tersedia versi lain