Tugas Akhir
Ritual Ma'maro sebagai sumber penciptaan karya "Lan Kapi'Tukan"
“Lan Kapi’tukan” merupakan perspektif dari peristiwa atau fenomena sosial yang terjadi kini di Tana Toraja yang dialami oleh masyarakat saat ini. Karya ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor apa yang membuat rirtual Ma’maro saat ini sudah begitu tidak begitu dipahami dan cenderung tidak diyakini lagi oleh masyarakat Tana Toraja saat ini. Karya tari “Lan Kapi’tukan” mencoba mengekspresikan perasaan sikap kebingungan dari fenomena sosial yang dialami kini oleh masyarakat Tana Toraja khusunya dalam ritual Ma’maro kedalam karya “Lan Kapi’tukan” dengan menggunakan perspektif tari. Karya ini menggabungkan beberapa aspek penting didalamnya seperti wawancara dengan narasumber, dan proses taransformasi dari fenomena sosial kedalam bentuk karya tari. Penciptaan karya ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai faktor apa yang menyebabkan menurunnya pengetahuan masyarakat akan nilai dalam ritual Ma’maro kini. Sebelumnya karya “Lan Kapi’tukan” ini dibuat dalam bentuk karya film tari dengan judul Quovadis Toraja yang merupakan embrio awal untuk membuat kembali karya “Lan Kapi’tukan” dengan konsep yang berbeda. Teori transformasi sosial oleh Clifford Geertz , teori kritik seni oleh John Berger dan teori estetika tari oleh Merce Cunningham digunakan sebagai landasan penciptaan pada karya ini. Proses garapan karya ini menggunakan metode penelitian etnografi dengan memadukan metode Practice Led Research dalam proses pengkaryaan. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dengan beberapa masyarakat Tana Toraja dengan latar belakang yang berbeda, secara teks dalam wawancara tersebut menjadi substansi pada penciptaan karya ini. Berdasarkan analisis dan perspektif pengkarya dari data yang diperoleh berfokus pada pengaruh penurunan nilai spiritual dalam ritual Ma’maro saat ini di Tana Toraja dan di ekspresikan kedalam bentuk karya secara dramatik pada bagian tari. Karya “Lan Kapi’tukan” dikemas dengan perspektif tari mengandung unsur sarana atau media pembinaan terhadap generasi muda sebagai penerus yang lebih memahami secara utuh dan menghargai keberadaan budaya seperti ritual atau upacara adat sebagai mana mestinya.
Tidak tersedia versi lain