Tugas Akhir
Revitalisasi Nilai Karakter Kisah Arjunawiwaha Pada Relief Gua Selomangleng Tulungagung Dalam Kreasi Batik Khas Daerah.
Gua Selomangleng Tulungagung memiliki pahatan relief yang indah pada dindingnya. Selain nilai estetis, relief tersebut juga mengandung nilai-nilai karakter dari kisah Arjunawiwaha yang diabadikan di dalamnya. Namun, karena letak gua yang berada di atas perbukitan dan belum adanya petunjuk arah yang jelas menuju gua, masyarakat Tulungagung sendiri jarang mengetahuinya. Kurangnya perhatian dari pemerintah daerah dan masyarakat menyebabkan situs ini sering dijadikan sasaran coretan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Faktor alam juga berpengaruh terhadap kondisi relief, yang mengakibatkan hilangnya detail-detail pahatan relief. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui nilai karakter yang terkandung dalam kisah Arjunawiwaha pada relief Gua Selomangleng Tulungagung, dan (2) mewujudkan karya seni melalui revitalisasi nilai karakter kisah Arjunawiwaha pada relief Gua Selomangleng Tulungagung dalam bentuk kreasi batik khas daerah. Penelitian penciptaan ini menggunakan teori revitalisasi, adaptasi dan stilasi. Revitalisasi dalam penciptaan ini bermakna usaha untuk menghidupkan kembali sesuatu yang eksistensinya masih berarti namun kurang diperhatikan masyarakat bahkan sudah mengalami kerusakan. Teori adaptasi digunakan untuk mempertahankan objek figuratif pada relief Gua Selomangleng, sedangkan pada ragam hias pendukung, menggunakan teori stilasi untuk mengkreasikan dan menggayakan ulang. Pada penelitian ini penulis menggunakan metode practice led research atau penelitian berarah praktik. Metode ini merupakan tulisan ilmiah dari hasil penelitian praktik yang berlangsung dengan menciptakan dan merefleksikan karya baru melalui riset praktik yang telah dilakukan. Proses penciptaan melewati tiga tahap yaitu: eksplorasi, perancangan dan perwujudan. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi lapangan, wawancara, penyebaran kuisioner, buku, artikel ilmiah, situs web dan media sosial. Penelitian ini menghasilkan tujuh motif batik yang berupa kain panjang yang dapat digunakan sebagai busana, jarik, dan selendang. Motif batik untuk busana akan dikenakan oleh ketua adat dan pejabat desa, sementara jarik dan selendang digunakan sebagai perlengkapan pendukung dalam pelaksanaan ritual adat di Desa Sanggrahan
Tidak tersedia versi lain