Tugas Akhir
Transformasi Pelampung Dan Jaring Sebagai Representasi Ekologi Maritim Dalam Karya Eco Art
Berdasarkan pengalaman empiris penulis serta observasi langsung sebagai masyarakat Brebes pesisir Pantura, ditemukan sejumlah masalah ekologi maritim yang memprihatinkan. Rendahnya kesadaran masyarakat pesisir terhadap dampak serius limbah domestik dan industri perikanan seperti pelampung, jaring, dan material lain yang menumpuk di dermaga hingga dasar laut mengancam keberlanjutan ekosistem. Fenomena ini diangkat sebagai bentuk kritik dan refleksi kolektif, khususnya bagi masyarakat pesisir yang belum sepenuhnya memahami pentingnya keseimbangan alam. Dampaknya meliputi penurunan hasil tangkapan, meningkatnya bencana alam seperti banjir rob, serta berkurangnya ketergantungan pada sektor kelautan sebagai mata pencaharian utama. sebagai respons, penulis mengembangkan ide penciptaan empat karya seni berbasis eco art dengan judul “Bonggan Sapa”, “Kala-kalaeh”, “Jagad Wis Ora Karuan”, dan “Ngarepkna Apa?”. Karya ini memanfaatkan material limbah nelayan seperti pelampung bekas, jaring rusak, tali tambang, botol plastik, dan besi tua, yang divisualisasikan dalam bentuk instalasi, mixed media, dan wall sculpture. Pendekatan artistik ini mengadopsi metode practice-based research dari Mika Hannula dengan prinsip in and through, menekankan proses eksplorasi kreatif sebagai bagian integral dari penelitian. Proses penciptaan mengikuti lima tahapan David Campbell, yaitu persiapan, konsentrasi, iluminasi, inkubasi, dan verifikasi/produksi, untuk memastikan karya tidak hanya bernilai estetis tetapi juga merepresentasikan narasi ekologi maritim.
Tidak tersedia versi lain