Tugas Akhir
Kidung Tani” Penciptaan Film Dokumenter Performatif Berdasarkan Eksistensi Kidung Imam Subakat Pada Pertanian Berkelanjutan
Kidung Tani merupakan karya film dokumenter performatif yang merefleksikan nilai-nilai kearifan lokal dalam praktik pertanian berkelanjutan melalui sosok Imam Subakat. Film ini tidak hanya menjadi rekaman atas praktik bertani tradisional, tetapi juga sebagai ekspresi estetis dan spiritual yang menghidupkan kembali nilai-nilai agraris Jawa melalui medium sinema. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif naratif (Webster & Mertova, 2007) serta artistic research Robin Nelson (2013), yang meliputi tahapan imersi, dialog reflektif, eksperimen artistik, hingga penciptaan karya visual. Melalui pendekatan dokumenter performatif (Nichols, 2017), film ini menempatkan pengalaman subjektif, ekspresi estetis, dan relasi emosional sebagai bagian penting dari konstruksi makna. Kidung diolah menjadi bagian naratif yang menghubungkan alam, spiritualitas, dan etika pertanian. Imam Subakat tampil bukan hanya sebagai petani, tetapi juga sebagai pemimpin kultural yang menjadi agen resistensi simbolik terhadap sistem pertanian modern. Ia tetap hidup bersahaja bersama petani lain, namun disegani karena kebijaksanaan dan kesetiaan pada nilai leluhur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertanian berkelanjutan membutuhkan ikatan sosial, dan kultural. Dalam konteks ini, keberadaan pemimpin yang memiliki kapasitas pengetahuan lokal dan mampu mentransmisikan nilai melalui kidung menjadi sangat penting. Film ini merepresentasikan pertanian bukan hanya sebagai praktik produksi, tetapi juga sebagai ruang etika, estetika, dan spiritualitas yang saling terhubung. Kidung Tani menjadi ruang artistik untuk merefleksikan krisis ekologi sekaligus menawarkan model kesadaran melalui tradisi lokal
Tidak tersedia versi lain