Tugas Akhir
Perladangan Jagung dan Krisis Lingkungan di Kota Bima dalam Estetika Posthuman
Penelitian penciptaan ini terinspirasi dari pengalaman penulis saat menjadi relawan banjir bandang di tempat kelahirannya di Kota Bima, banjir terjadi akibat penebangan hutan yang digunakan untuk pertanian jagung. Petani tidak punya pilihan antara terus bertani yang merusak alam atau berhenti tetapi berdampak pada pemenuhan kebutuhan ekonomi. Keadaan di mana manusia sudah tergantung pada alam, tetapi mengancam ekosistem dan bencana banjir yang rutin terjadi setiap tahun. Hal ini memberikan keresahan bagi penulis, petani sudah berjuang dalam usaha pertanian jagung tetapi sia-sia karena selalu dianggap sebagai penyebab krisis lingkungan. Petani berada dalam dilema, bingung memilih mana yang terbaik, karena keduanya sulit dan penuh risiko. Kegelisahan atas dilema pertanian jagung menjadi pintu masuk penelitian untuk menghasilkan karya seni. Seni untuk membangun kesadaran bahwa manusia tidak berdiri sendiri pada alam, tetapi manusia adalah bagian dari ekosistem. Bahwa pohon, burung, dan lingkungan memiliki hak yang sama dalam kehidupan di bumi. Seni untuk melengkapi pemahaman bahwa manusia bukan lagi pusat kendali alam (antroposen) tetapi manusia mempunyai kedudukan yang sejajar dan seimbang dengan ekosistem lainnya, maka perspektif ini bersifat posthuman. Seni sebagai perspektif baru untuk menuntun dan menciptakan counter terhadap kondisi petani yang lemah dan kondisi krisis lingkungan, perspektif ini dapat juga disebut counter hegemoni. Metode yang digunakan dalam penciptaan ini adalah Practice-led Research, yaitu proses kreatif yang menjadi pusat penelitiannya. Maka karya seni hasil penelitian kreatif ini bertemakan Dou Labo Dana (Manusia dan Alam) sehingga menghasilkan karya seni yang berjudul; Mesin Ingatan, Ruang Antroposen, Tumbuh dalam Kepunahan, dan Penyelamat Tak Terselamatkan
Tidak tersedia versi lain