Tugas Akhir
Male sau' puya
Kepercayaan masyarakat Tana Toraja bersumber pada aturan keagamaan Aluk Todolo, hal tersebut sangat nampak pada upacara Rambu Tuka’ dan Rambu Solo’. Rambu Solo’ merupakan upacara pemakaman untuk orang tua, upacara pemakaman dilaksanakan di sebelah barat Tongkonan dengan mempersembahkan kerbau dan babi bagi arwah yang telah meninggal. Penciptaan karya tari Male Sau’ Puya merupakan sebuah upaya untuk ikut melestarikan dalam arti menyampaikan ke khalayak lebih luas, tentang suatu warisan budaya tradisi yang ada, yaitu upacara Rambu Solo’ (Dirapai’). Karya tari Male Sau’ Puya mengimplementasikan upacara Rambu Solo’ (Dirapai’) dengan penekanan pada tahapan yang selalu dilakukan dalam upacara tersebut yaitu Umbating (meratapi orang mati) dan Ma’badong. Sebagai kontras dalam pengorganisasian bentuk karya maka Umbating (meratapi orang mati) dan Ma’badong dirangkai dengan adegan antara yaitu Arak-arakan keranda mayat, Ma’pasilaga Tedong, Ma’tapia’, dan Ma’pasonglo. Rangkaian ini sekaligus menunjukkan satu kesatuan prosesi upacara Rambu Solo’ (Dirapai’). Karya ini mempresentasikan proses mengantar jenazah menuju puya. Bentuk garapan berupa tari semitradisional, mengembangkan gerak-gerak dari tari tradisi Toraja yaitu tari Pa’gellu dan Pa’landing. Selain menjadi sajian bentuk tari baru yang inovatif, karya tari Male Sau’ Puya diharapkan akan memberikan warna baru bagi perkembangan pertunjukan tari di Tana Toraja.
Tidak tersedia versi lain